Artikel Teologi

7 SIFAT DASAR AMANAT AGUNG

(Oleh: Pdt. Stefanus M. Marbun, M.Th, M.PdK)

 

Istilah Amanat Agung ini ditulis dalam berbagai versi dalam Alkitab yang tercatat dalam Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Kisah Para Rasul.

1. Matius 28:19, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

2. Markus 16:15, “Pergilah keseluruh dunia, beritakanlah Injil kesegala mahluk”.

3. Lukas 24:47, “dan Lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem”.

4. Yohanes 20:21, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu”.

5. Kisah Rasul 1:8, “Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.

Sebagai pengikut Kristus dan hamba-hamba Tuhan yang sudah dipanggil dan dipilih menjadi hamba-Nya, tugas yang mulia dan agung ini adalah sebuah keharusan bagi kita orang percaya yang diperintahkan oleh sang Kristus Kepala Gereja. Oleh sebab itu, saya hanya membatasi tulisan ini pada nats Matius 28, dengan membahas sifat dari Amanat Agung tersebut. Adapun sifat-sifat tersebut adalah:

 

1.   Sifat INISIATIF, karena itu, pergilah.

     Allah adalah kasih, demikian pernyataan Alkitab (1 Yohanes 4:8). Kasih selalu berkeinginan untuk mencari dan merangkul. Orang yang memberitakan Injil harus berinisiatif “pergi”. Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa (Kejadian 3), perasaan apakah yang muncul di dalam diri mereka? Pertama: perasaan malu, kemudian mereka membuat pakaian dari daun ara. Kedua: mereka takut dan bersembunyi dari hadapan Allah. Apakah yang dilakukan oleh Allah? Dalam naluri kasih Allah, Dia berfirman, “dimanakah engkau?” bukankah Allah sudah tau di mana manusia itu berada? Mengapa Allah masih bertanya? Kejadian ini menunjukkan kepada kita tentang sifat Allah yang mengambil inisiatif untuk menyelamatkan manusia dari keberdosaannya. Ketika pakaian manusia mulai kering dan rusak, Allah dalam kasih-Nya mengambil inisiatif membuat pakaian dari kulit binatang untuk Adam dan Hawa. Darah dicurahkan, binatang dikorbankan demi kebaikan manusia yang berdosa agar kembali pada sang penciptanya.

     Sifat Allah adalah kasih yang sempurna dan oleh kasih-Nya, Ia merancangkan sebuah rencana kasih agar manusia kembali ke dalam rangkulan kasih-Nya dan pada rancangan allah yang semula. Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal kedalam dunia, firman menjadi manusia. Di dalam 1 Yohanes 4:9-10 berkata, “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan ditengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-nya yang tunggal kedalam dunia, supaya kitab hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita”.

     Penginjilan adalah kehendak Tuhan bersifat mutlak dan obsolut untuk kita laksanakan. Penginjilan bukan kita mengundang orang datang, melainkan kita yang diutus untuk pergi memberitakan Injil. Tuhan Yesus berkata, ‘Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yohanes 20:21). Siapa yang mengutus kita untuk memberitakan Injil? Yaitu Yesus Kristus itu sendiri. Oleh sebab itu, kita harus mempertahankan konsep ”pergi” menjalankan Amanat Agung Kristus. Itulah yang disebut sifat inisiatif. Jika kuasa Roh Kudus menyertai kita, apapun harga bayar dan tantangannya kita harus tetap menjalankan Amanat agung Kristus, agar banyak jiwa-jiwa diselamatkan. Kita harus berani dengan lantang berkata bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat manusia yang berdosa. Diluar Kristus tidak ada jaminan keselamatan.

 

2.   Sifat MUTLAK, pergilah jadikan semua bangsa murid-Ku.

     Kata “pergi” selain menunjukkan sifat inisiatif juga menunjukkan sifat mutlak  dari amanat agung. Berbicara tentang kekristenan, menjadi sentral pemberitaan kita adalah Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat. Atau dengan kata lain tidak ada keselamatan di luar Kristus dan Dia adalah kebenaran yang final dan mutlak.

     Kita memang tinggal di tengah masyarakat majemuk, dan mengedepankan sikap toleransi dalam moderasi agama dan kebangsaan. Namun, sikap toleransi ini harus ada batasannya, yakni tidak mengurangi atau mengorbankan ketegasan iman Kristen bahwa hanya Yesus satu-satunya Juruselamat dan tidak ada keselamatan diluar Kristus. Jika ada keselamatan di luar Kristus, maka secara otomatis amanat agung gugur. Tetapi yang benar adalah amanat agung bersifat mutlak. Roma 1:16 berkata bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan.

     Apakah Injil itu? Pada umumnya orang memahami Injil sebagai kabar baik. Tetapi pernahkan kita memahami  maksud kabar baik? Baik yang bagaimana? Dan baik menurut siapa? Apa yang baik menurut standart manusia belum tentu sama dengan pemahaman Allah tentang kabar baik. Contoh nyata adalah Petrus yang berusaha mencegah Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem. Bagi Petrus dan murid-murid lainnya, penyaliban Kristus adalah sesuatu yang mendatangkan malapetaka. Sebaliknya Yesus menghardik Petrus dan berkata, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan  bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Matius 16:23).

    Konsep Rasul Paulus dalam mempertegas apa itu makna Injil. Dalam 1 Korintus 15:3-4 berkata, “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah di bangkitkan, pada hari yang ketiga sesuai dengan Kitab Suci”. Jadi, Injil adalah kabar tentang Yesus Kristus yang mati dan bangkit untuk pengampunan dosa-dosa kita. Tanpa kematian Kristus tidak ada pengampunan dosa. Dan tanpa kebangkitan Kristus, tiadak ada seorang pun masuk dalam Kerajaan surga (Kolose 1:13). Kebangkitan Kristus adalah benteng utama dari iman umat Tuhan.

     Keselamatan adalah kehendak Allah bagi manusia yang berdosa (1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9). Kehendak Allah adalah ketetapan yang bersifat mutlak, dan rencangan keselamatan bukanlah peristiwa yang terjadi secara kebetulan, melainkan ketetapan-Nya dalam kekekalan. Tuhan meberikan kita perintah untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya, itu berarti ada jaminan bahwa pemberitaan Injil tidak mungkin tanpa ada hasil. Pasti ada orang yang akan menjadi murid-nya. Contoh, Nuh selama 120 tahun memberitakan firman Tuhan, namun ada 7 orang yang menerimanya yaitu keluarganya. Karena itu jangan hanya fokus pada hasil, nanti kita jadi tawar hati, lemah, tetapi hendaknya kita fokus proses dan taat melakukan kehendak Allah untuk memberitakan Injil kepada seluruh umat manusia.

 

3.   Sifat UNIVERSAL, jadikalah semua bangsa murid-Ku.

  Alkitab menyatakan  bahwa hanya ada satu Allah yang hidup dan benar, pencipta alam semesta, Allah seluruh dunia, Tuhan bangsa-bangsa. Nabi Yesaya berkata dalam Yesaya 49:6), “Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel  yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi”. Rasul Paulus juga meneguhkannya di dalam Roma 3:29, “Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain!”.

     Ayat-ayat di atas dengan jelas menunjukkan bagi kita bahwa keselamatan yang dari Allah Israel itu bersifat universal dan diperuntukkan sampai ke ujung bumi. Sebagai mana juga tertulis dalam Galatia 3:8, “Dan Kita Suci, yang sebelumnya mengetahui bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: “Olehmu segala bangsa  dan diberkati”. Kemudian dikatakan selanjutnya pada ayat 14, “Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.”

     Sekarang kita adalah keturunan Abraham karena iman di dalam Kristus, dan kaum di muka bumi akan terberkati, jikalau kita sebagai pengikut Kristus mendatangi mereka untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. Ini adalah tugas mulia dari Tuhan Yesus bagi kita sebagai rekan sekerja-Nya dalam mewartakan Injil. Tuhan mau pakai kita untuk menyelamatkan sebanyak mungkin jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah. 

 

4.   Sifat EKLESIOLOGI, baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus.

  Babtisan air adalah dasar  yang sangat penting dalam melaksanakan prinsip pertama doktrin Kristus (Ibrani 6:1-2). Babtisan air bukan hanya suatu bentuk atau upacara formalitas tak berarti, melainkan pengalaman nyata dalam kehidupan orang-orang Kristen Perjanjian Baru, sebagaimana yang ditulis untuk kita, tidak hanya dalam Injil melainkan juga dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus (Kisah 2:38-47). Baptisan adalah tindakan kepatuhan, yang membuktikan pertobatan dan iman kita (Kisah 2:38, 41; 8:37,38). Babtisan mencakup pengampunan dosa dan membuktikan kebenaran ini (Kisah 2:38; Ibrani 9:22; Kisah 10:43; Lukas 24:47).

  Melalui baptisan sebagai tanda lahiriah seseorang masuk kedalam persekutuan dengan Kristus di dalam gereja-Nya. Menjelang kenaikanNya Tuhan Yesus memberi amanat kepada murid-murid-Nya untuk pergi keseluruh dunia memberitakan Injil kepada segenap bangsa dan barangsiapa percaya “baptislah” mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Selanjutnya, baptisan ini dirangkaikan dengan berita tentang keselamatan. Bahwa siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, dan yang tidak percaya akan dihukum (Matius 28:19-20, Markus 16:16). Baptisan adalah suatu perintah yang mutlak harus dilakukan oleh kita umat pilihan-Nya.

     Baptisan air hanya dilakukan kepada mereka yang percaya dan mengambil keputusan bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Baptisan air merupakan suatu yang mulia dan suci yang dilaksanakan denga satu maksud sebagai bukti pertobatan dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi. Baptisan air tidak boleh dilakukan untuk maksud-maksud yang lain. Misalnya, dilaksanakan untuk maksud lain sebagai syarat tertentu. Baptisan adalah perintah Yesus Kristus bagi mereka yang percaya, bertobat dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.

  Makna baptisan air bukan hanya sebagai tanda bukti bahwa kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tetapi sebagai bukti iman yang dapat disaksikan oleh orang banyak bahwa kita mengalami penyatuan dengan Yesus Kristus. Kita disatukan dengan Kristus didalam kematianNya, penguburanNya dan kebangkitanNya.

 

5.   Sifat DOKTRINAL, ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang kuperintahkan kepadamu.

   Sebagai pengikut Kristus yang sejati, hendaknya kita menghindari sikap ekstrem dalam dalam hidup ini yaitu, yang satu menekankan doktrin (teologi) tetapi tidak semangat memberitakan Injil. Dan yang lainnya menekankan semangat menginjil tetapi tida memiliki doktrin yang benar. Yang benar adalah orang yang memberitakan Injil harus memiliki doktrin yang benar.

  Apakah teologi itu? Teologi berasal dari dua kata Yunani, Theos dan logos, Allah dan firman.  Para teolog abad pertengahan merumuskan teologi sebagai berikut: “theology is taught by God, teaches of God and leads to God” (teologi diajarkan oleh Allah, meengajarkan tentang Allah dan yang memimpin kepada Allah). Dalam hal ini, Allah bukanlah objek penelitian teologis, melainkan sebagai subyek teologi dan objek penelitiannya adalah Alkitab. Jadi dalam berteologi, Allah adalah sumber teologi, pokok teologi serta tujuan teologi. Allah tentu tidak berteologi, namun dalammhubungan-Nya dengan umat-Nya, sebagai pelaku teologi. Allah membuat manusia mempelajari diri-Nya  melalui Alkitab saja (Sola Criptura), dan Allah Roh Kudus menyingkapkan kebenaran-Nya sehingga menimbulkan iman saja di dalam diri umat-Nya (Sola Fide) kepada Allah dan kebenaran-Nya yang final, yaitu Tuhan Yesus saja (Sola Kristo) dan yang memimpin umat-Nya kepada diri-Nya sendiri dan demi kemuliaan Allah saja ().

  Memberitakan Injil dan melengkapi diri dalam pemahaman doktrin atau teologi harus berjalan beriringan, sama seperti pengajar harus diimbangi dengan belajar. Penginjilan dan doktrin yang kuat akan menghasilkan gereja yang teguh dan sehat. Paulus menasehati Timotius anak rohaninya yang masih muda, agar memiliki doktrin (ajaran) yang benar. Dalam 1 Timotius berkata, “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau”. Dengan demikian betapa pentingnya bagi pemimpin  di dalam pelayanan memiliki doktrin yang sehat dan kuat, agar pemberitaan Injil itu membawa setiap orang berdosa kembali kejalan Tuhan dan senantiasa dibaharui oleh kuasa firman dan Roh Kudus untuk menjadi dewasa dalam iman dan serupa dengan Kristus.

 

6.   Sifat RELEVAN (up to date), ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.

  Injil mempunyai dua sifat: sifat insani dan ilahi. Insani artinya Injil adalah produk dimasa lalu, di tulis dalam waktu tertentu dan latar belakang penulisan di masa lalu.tetapi Injil juga adalah sifat Ilahi atau kekal, tidak mungkin berubah karena zamanterus berubah. Rencana Allah adalah kekal, bukan suatu tindakan Allah yang kebetulan, bukan rencana yang sifatnya kebetulan dalam sejarah, melainkan tindakan dan rencana yang bersifat kekal. Injil bukan hanya produk zaman tertentu di masa lalu tetapi Injil juga produk yang ditetapkan dalam kekekalan.

  Karena Injil adalah bersifat ilahi maka Injil akan selalu segar dan baru walaupun harus melintasi segala zaman dan generasi yang berbeda. Meskipun Injil bersifat dasar ilahi atau kekal, namun dalam pemberitaan Injil metode atau pendekatannya harus sering berubah sehingga boleh dikontekstualkan ke dalam lingkungan budaya dan pendengar yang berbeda. Injil akan selalu relevan sepanjang zaman, meskipun penginjilan dan tempat penginjilan selalu berubah. Disinilah kita butuh hikmat Tuhan, bagaimana kita menggunakan metode, media atau cara-cara yang berlainan tergantung situasi. Yesus sendiri juga memakai metode yang berbeda-beda dalam mengabarkan Injil Kerajaan Allah sesuai konteks lingkungan dan pendengarnya.

  Paulus pun melakukan tindakan kontekstualisasi dalam pelayanan penginjilannya dan patut kita contoh. Di dalam 1 Korintus 9:19-23 berkata, “Sungguh pun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup dibawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya”.

  Billy Graham pun dalam pemeritaan Injil, setuju dengan kontekstualisasi, yaitu menyesuaikan metode dan istilah-istilah kerohanian dengan latar belakang orang-orang yang akan di jangkau. Dengan tujuan agar semua orang yang mendengar Injil dapat memahami berita Injil dengan mudah dan pada akhirnya harapan kita pemberita Injil mereka menerima anugerah keselamatan dari Kristus.

 

7.   Sifat ESKATOLOGI, Injil harus senantiasa diberitakan sampai kepada akhir zaman.

  Apakah kita merindukan kedatangan Tuhan Yesus? Kalau itu menjadi kerinduian kita semua, maka kita akan mencurahkan segala upaya untuk membawa Injil ke seluruh dunia.kalau kita cermati masih banyak negara-negara yang tertutup terhadap pekabaran Injil, TETAPI Allah sanggup membuka pintu-pintu penginjilan dalam waktu singkat dan Allah dapat bekerja dibalik semua pintu yang tertutup. Jika umat Allah sungguh-sungguh setia dan melakukan apa saja yang mungkin untuk menuntaskan tugas pewartaan injil, Allah akan memperhatikannya dan akan membuka jalan. Jadi, kita tidak perlu bersikap pesimis dalam menjalankan tugas mulia ini, sekalipun banyak rintangan dan ancaman tetapi bila Allah bekerja semuanya akan menjadi indah.

  Seberapa dekatkah kedatangan Kristus? Dengan tegas firman Allah mengatakan, tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, hanya Bapa sendiri (Matius 24:36). Yang Tuhan perintahkan kepada kita adalah terus memberitakan Injil dan kalau sudah tuntas Ia akan datang menjemput gereja-Nya. Ketika gereja telah menyelesaikan tugasnya menginjili dunia, Kristus akan datang kembali. Oleh sebab itu, mari kita selesaikan tugas kita untuk mewartakan Injil-Nya.

  Ada dua hal yang harus kita lakukan berkaitan dengan pengharapan kita akan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Pertama: menyucikan diri dari dosa. Kita harus dapat memilih yang baik, supaya kita suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus (Filipi 1:10). Kedua,menyelesaikan pekerjaan-Nya, yaitu pemberitaan Injil. Tuhan Yesus telah bersabda di dalam Matius 24:14, “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya”. Injil harus diberitakan kepada semua bangsa dan setelah Injil menjangkau ujung dunia, maka akhir sejarah dunia akan tiba. Kedatangan Kristus kedua kali adalah hal yang pasti, tetapi Dia datang bukan lagi sebagai Juruselamat melainkan sebagai hakim yang akan mengadili semua umat manusia. Itulah sebabnya rasul Petrus mengatakan bahwa jika Tuhan Yesus belum datang, itulah kesempatan bagi kita untuk memberitakan Injil, menasihati mereka agar bertobat dan kembali kepada Tuhan (2 Petrus 3:9). Sebagaimana juga tertulis dalam 2 Petrus 3:9 berkata, “Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa,melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.

  Kalau kita mau melayani Kristus, inilah waktunya. Kalau kita ingin memberitakan Injil, haruslah sekarang. Hari-hari hidup kita akan segera habis, dan kesempatan untuk mengerjakan pelayanan akan tidak ada lagi untuk selama-lamanya. Marilah kita renungkan sambil berdoa nasihat firman Tuhan yang tertulis dalam Yohanes 9:4, “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, dimana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja”.

  Pada suatu hari, Tuhan Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Pada saat itu kita akan melihat dan mengerti lebih dalam bahwa apa pun yang kita lakukan bagi-Nya tidak ada bandingnya dengan pengorbanan-Nya dan kemuliaan Kristus yang diberikan kepada kita (2 Korintus 4:17).

 

Soli Deo Gloria

 

Daftar Pustaka

1.     Alkitab

2.     Geoger Eldon Ladd, Misi Menurut Perspektif Alkitab (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007).

3.     Lumintang I, Stevri, Theologi dan Misiologi Reformed, (Batu: Institut Injil Indonesia/Departemen Literatur PPII), 2006.

4.     Tong, Stephen, Teologi Penginjilan (Jakarta: LRII, 1988).

5.     Stevanus, Kalis, Lihatlah Sang Juruselamat Dunia (Yokyakarta: Diandra Kreatif, 2018).


MENGAPA HARUS MEMBERITAKAN INJIL?

(Pdt. Stefanus M. Marbun, M.Th, M.PdK)



 

Penginjilan adalah bagian dari rencana Allah yang Mahakasih bagi manusia yang berdosa dan bukti kasih kita kepada sesama untuk membawa mereka kembali pada rancangan Allah yang semula. Banyak orang Kristen memiliki konsep yang salah terhadap penginjilan dan merasa bahwa setelah menjadi orang Kristen atau bagi hamba Tuhan yang sudah punya gereja yang mapan sudah merasa cukup tanpa berbuat sesuatu lebih lagi untuk Kerajaan Allah. Inilah yang terjadi ditengah zaman yang kita hidup saat ini. Gereja mengalami kesuaman dalam menjalankan Amanat Agung Kristus yaitu pergi memberitakan Injil. Kiranya lewat tulisan ini nantinya menstimulasi para pembaca, bahwa pemberitaan Injil adalah harga mati dan suatu keharusan bagi kita hamba-hamba Tuhan dan jemaat-Nya. Sebagaimana pemahaman rasul Paulus yang sangat radikal dalam 1 Korintus 9:16, “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil”.

Penginjilan atau evangelism, berasal dari bahasa Yunani yaitu “Euangelion”, yang berarti  good news atau kabar baik. Kabar baik yang dimaksudkan adalah Injil, The Gospel, yang berisi berita keselamatan, berita pengampunan, berita pendamaian, dan berita pengudusan bagi orang berdosa. Kabar baik adalah anugerah yang dapat diperoleh melalui Yesus Kristus, dan dengan iman kepada-Nya orang berdosa mendapatkan hidup yang kekal. Dari kata “Euangelion” ini muncul kata kerja “euangelizo” yang berati “to bring or announce glad tidings atau to prclaim, to declare good news of the Kindom” atau membawa kabar baik. Kabarb baik atau berita keselamatan adalah berita mengenai kematian dan kebangkitan Kristus bagi orang berdosa. Yesus mati ganti orang berdosa, Ia mencurahkan darah-Nya untuk menebus dosa-dosa manusia. Ia bangkit karena maut tidak berkuasa atas-Nya dan kuasa kegelapan  yang berkuasa atas maut dalam diri Tuhan Yesus. Ia bangkit karena Ia Tuhan. Yesus telah nik ke surga  duduk disebelah kanan Allah Bapa menjadi juru syafaat bagi manusia. Ia telah mendamaikan manusia dengan Allah (Reconsiliation), dan membawa allah kepada manusia (Propitiation). Di luar Kristus tidak ada keselamatan, dalam Kisah Rasul 4;13, mengatakan bahwa Allah hanya mengaruniakan nama Yesus untuk jalan keampunan dosa. Karena karya-Nya di salib, maka Ia ditinggikan dan menjadi Tuhan atas segala yang hidup.

Menurut Rasul Paulus, Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Roma 1:16). Karena Injillah maka Paulus, yang dahulunya adalah Saulus diselamatkan dari murka Allah. Karena anugerah-Nya, Paulus menerima panggilan dari Yesus dalam perjalanannya ke Damsyik dan panggilan ini adalah panggilan untuk pertobatan melalui Injil dan panggilan untuk memberitakan Injil. Jadi penginjilan atau berita Injil yang diberitakan oleh karena kasih Allah kepada orang berdosa (Yohanes 3:16). Allah tidak menghendaki manusia berdosa binasa, oleh sebab itu Injil itu datang melalui karya Kristus di kayu salib, yang mati dan bangkit bagi orang berdosa, “Ia mati ganti kita” orang berdosa. Manusia berdosa membutuhkan Injil, dan karena manusia berdosa maka ada pemberitaan Injil dan tanpa manusia jatuh dalam dosa maka Injil itu tidak dibutuhkan. Injil yang diberitakan kepada manusia yang berdosa dengan cuma-cuma, karena Kristus berkorban untuk orang berdosa dan tidak menuntut balas jasa. Perbuatan baik manusia bagaikan kain kotor dan tidak dapat menyelamatkan manusia dari hukuman kekal. Manusia berdosa diselamatkan oleh iman dan anugerah, dan bukan melalui perbuatan baik. Tidak seorang pun yang dapat menutupi dosanya dengan perbuatan baik, karena pada dasrnya dalam diri manusia selalu timbul dosa semata-mata, dan perbuatan baiknya pun dibungkus dengan dosa. Itulah sebabnya ini bukan cara yang digunakan oleh Allah, sebab keselamatan itu bukanlah usaha manusia.

Dalam memberitakan Injil, Injil tidak disampaikan dan memaksa orang untuk menerimanya, dan juga tidak sekedar  disampaikan supaya didengar orang berdosa. Manusia memang sudah berdosa dan hidup mereka dibalut oleh budaya dan kondisi yang menyedihkan. Oleh sebab itu Injil harus dipresentasikan sedemikian rupa dengan cara atau metode, atau model penginjilan yang relevan, mudah dimengerti, dan memberi tempat bagi Roh Kudus untuk berperan. Memberitakan Injil adalah suatu seni yang harus ditekuni dan dipersiapkan pemberitaannya dengan baik. Tujuan utama dari pemberitaan Injil adalah untuk mencapai orang berdosa bagi Kristus.

Penginjilan juga dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam tiga setengah tahun. Walaupun nampaknya singkat, namun mengandung arti yang begitu mendalam dan berharga bagi orang percaya. Buah-buah yang dihasilkan dari penginjilan yang singkat itu begitu besar. Disetiap aktivitas penginjilan-Nya, kelihatan sangat sederhana dan pendekatan-pendekatan yang diadakan-nya bersifat kontekstual dan unik. Dalam keunikan yang kontekstual inilah kita dapat melihat berbagai-bagai model penginjilan untuk digunakan sebagai pedoman pelayanan penginjilan di masa kini. Ada banyak kasus-kasus dalam penginjilanYesus yang telah diselesaikan-Nya dengan baik dan pada puncak penginjilan Yesus kita temukan ketika Ia mengorbankan diri-Nya di kayu salib. Salib adalah puncak pemberitaan Injil dan inti dari pemberitaan Injil. Ia mati untuk dunia ini dan sekaligus membuka ladang-ladang penginjilan ke seluruh dunia. Semua dosa manusia telah ditanggung-Nya, sehingga tidak ada tempat yang terabaikan bagi pemberitaan Injil.

Dalam model-model penginjilan Yesus dapat dibedakan menjadi beberapa macam model penginjilan yakni:

 

1.      Model penginjilan pasif

Model penginjilan pasif adalah model penginjilan yang dilakukan-Nya karena orang-orang datang kepada-Nya. Disini Yesus mendapat kunjungan dari orang-orang yang membutuhkan-Nya, dan kemudian Ia melayani mereka dengan pemberitaan kabar baik tentang Kerajaan Sorga.

 

2.      Model penginjilan aktif

Model penginjilan aktif adalah model penginjilan, dimana Yesus mengambil inisiatif untuk mendekati, mencari, dan memberitakan Injil kepada mereka yang tidak datang mencari Dia.

 

3.      Model penginjilan dialog

Model penginjilan dialog adalah model penginjilan yang menggunakan metode pendekatan dialog antara Yesus dan orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan penguasa Romawi seperti Pontius Pilatus.

 

4.      Model penginjilan massa dan sosial

Model penginjilan ini adalah model pendekatan Injil untuk orang banyak (massa), dan juga mengandung unsur sosial dalam beritanya.

 

5.      Model penginjilan perumpaan

Model ini menggunakan perumpamaan atau ilustrasi dalam memperkenalkan berita Injil kepada pendengar. Model ini cukup unik, karena Yesus menggunakan konteks budaya poendengar untuk berita-Nya, sehingga lebih mudah dimengerti.

 

6.      Model penginjilan nominal

Model penginjilan ini adalah model pendekatan yang khusus digunakan oleh Yesus untuk mencapai orang-orang percaya yang nominal atau orang Kristen KTP, seperti: model adat istiadat, model Lazarus, model roti hidup, model Farisi, model Yohanes pembaptis, Model salib, model Yunus, model Beelzebul. Model pendekatan ini dibedakan dari semua model pendekatan lainnya.

 

7.      Model penginjilan gaya hidup

Model penginjilan ini terdiri dari model pelita, model inklusif, model integritas, model agape, dan model orang Samaria. Model ini hampir sama dengan nodel-model penginjilan pasif, namun model ini bukanlah model deklarasi Injil, tetapi model yang menampilkan  gaya hidup sebagai penginjilan.

 

8.      Model doa penginjilan

Model ini juga adalah model pendekatan Injil yang pasif terdiri dari: model doa Getsemani, model doa persiapan, dan model doa misi. Model pendekatan ini berfokus pada persiapan-persiapan doa sebelum Injil diberitakan. Dari doa penginjilan ini memberikan makna yang mendalam bagaiman Injil dapat diberitakan dengan kuasa dan pimpinan Roh Kudus. Khususnya model doa pengampunan, maka kasih dan belas kasihan daroi Kristus tercermin dalam permohon pengampunan bagi orang-orang berdosa dan bagi mereka yang menolak Injil.

 

9.      Model penginjilan kontinuitas

Model ini adalah model penginjilan lanjutan dalam arti follow up terhadap mereka yang sudah diinjili, atau yang sudah menjadi percaya yang kemudian mengalami masalah iman. Model ini memberikan pendekatan yang relevan untuk membawa yang bersangkutan kembali kepada imannya yang mula-mula.

 

10.   Model penginjilan rasio

Model ini khususnya didapatkan dari Injil Yohanes, bagaimana ia menggunakan pendekatan secara rasio terhadap orang-orang Yunani. Model ini bermamfaat untuk membawa Injil kepada mereka yang sangat mengandalkan rasio atau intelektual dalam menanggapi hal-ahal rohani.

 

ALLAH MEMAKAI ORANG PERCAYA UNTUK MENJADI PEMBERITA INJIL

 

         Apabila orang berdosa menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, maka ia mengalami anugerah keselamatan itu dan menjadi anak-anak allah (Yohanes 1:12). Mereka juga dipanggil untuk hidup bagi Allah dan sesamanya. Mereka harus menjadi saksi-saksi Kristus untuk membawa berita keselamat itu bagi orang lain (Kisah Rasul 1:8). Allah tidak menggunakan malaikat untuk tugas penyelamatan, tetapi manusia yang telah mengalami karya penebusan dari darah Kristus yang mahal (1 Petrus 1:18-19). Jadi misi ini adalah “missio homimum” dimana manusia yang lahir baru dipakai untuk mencapai sesamanya bagi Kerajaan Surga. Kriteria untuk pemebrita Injil dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.      Setiap orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, bertobat dan lahir baru. Orang percaya ini telah mengalami anugerah penyelamatan melalui imannya kepada karya Kristus di atas kayu salib.

2.      Setiap orang menyadari bahwa ia diberikan tanggung jawab untuk memberitakan Injil bagi sesamanya. Ia adalah pribadi yang hidup mengasihi Tuhan dan merefleksikan kasih Tuhan itu kepada sesama.

3.      Setiap orang percaya dan sadar bahwa keselamatan itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi bagi semua orang yang belum mengenal Tuhan Yesus.

4.      Setiap orang yang terbeban untuk jiwa-jiwa yang terhilang. Kita hidup bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk sesama. Kita melihat jiwa-jiwa yang terhilang sebagai sasaran kasih Allah.

5.      Setiap orang yang selalu siap sedia untuk melayani. Jadi, setiap orang yang telah hidup baru dalam Kristus  adalah alat dalam tangan Tuhan untuk memberitakan kabar baik itu (Galatia 2:20; 1 Petrus 2:9). Pemberitaan Injil adalah perintah Allah untuk setiap orang percaya, bukan hanya untuk para pendeta atau rohaniawan di gereja. Matius 28:18-20 adalah Amanat Agung dari Tuhan Yesus ditujukan bagi orang-orang percaya untuk menjadikan “segala bangsa” menjadi murid Kristus. Inilah berkat anugerah yang disediakan untuk semua orang yang berstatus orang berdosa.

 

Soli Deo Glroia

 

Daftar Isi:

1.     Alkitab

2.     Halim, Makmur, Model-Model Penginjilan Yesus, Suatu Penerapan Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2003)

3.     _____, Pola Hidup Kristen, (Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup dan Yakin, 2016)